suara anda berharga


Pada suatu hari di suatu pedalaman hutan Siranap, berkumpullah seluruh hewan-hewan yang tinggal di hutan tersebut. Suara kegaduhan satu dengan yang lain mulai terdengar sangat keras. Tidak disangka, suara mereka rupanya sudah terdengar jelas hingga ke luar provinsi Medan, Sumatra Utara. Hutan yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan langka, seperti bunga Raflesia ini sudah tidak setenang dahulu. Ini semua karena sang raja hutan yang sudah mulai bertindak semena-mena mengurus hutan tersebut.
“ha..ha..ha..” teriak sang Raja Hutan berteriak keras..
“akulah sang penguasa hutan ini.. tidak ada yang lain selain aku.. semua patuh dan tunduk dalam tanganku…”
Begitu sombonglah sang raja hutan tersebut, dia sekan-akan tidak tergantikan oleh siapapun. Pernah suatu kai, ketika orang utan Sumatra sedang memanjat pohon mengambil makan malam untuk keluarganya, sang raja hutan tersebut memalak dia di tengah jalan. Dengan raungan yang keras, dia mengeluarkan taring yang dimilikinya.
“cepat serahkan makanan itu..”, teriak sang raja hutan
Orang utan Sumatra tersebut pun tidak mau, karena ini merupakan makan malam untuk dia dan seisi keluarganya. Tetapi raja hutan tersebut pun tidak pantang menyerah, dia mengeluarkan raungan nya untuk kedua kalinya. Orang utan tersebut pun ketakutan dan tidak berkutik. Ia lari ketakutan dan pergi meninggalkan makanan tersebut.
Kasus serupa juga tidak hanya dialami oleh orang utan, tetapi juga dialami oleh tuan bebek. Ketika tuan bebek sedang asik berrendam di bawah air terjun Silima-lima yang tingginya mencapai 60 meter itu, sang raja hutan berjalan mengendap endap. Raja hutan tersebut menginginkan sang bebek untuk bisa menyingkir dari situ, karena sudah hampir sebulan dia belum mandi. Dari belakang sang bebek, raja hutan pun meraung dengan sangat keras.
“eh copot..eh copot..kwek.. kwek..kwek..” teriak sang bebek yang terkejut.
Tuan bebek pun pergi meninggalkan tempat tersebut, sambil berjalan terlatah latah.  
Begitulah tindakan semena mena sang raja hutan akir akir ini. Bila didata, ada hampir seluruh kompleks hutan tersebut pernah menjadi sasaran pelampiasan kesemena-mena an si raja hutan. Berdasarkan banyak laporan warga hutan tersebut mengenai sikap si raja hutan, pak kambing Sumatra pun ikut turut prihatin. Ia mengumpulkan seluruh hewan-hewan di pos keamanan untuk bermusyawarah tentang sikap si raja hutan tersebut. Ketika seluruh hewan-hewan untuk berkumpul, pak kambing  Sumatra pun membuka musyawarah bersama tersebut dalam doa. Seluruh warga pun tenang sejenak.  Tapi setelah selesai, seluruh hewan gaduh sendiri. Keributan pun tak terhindarkan.
“tenangg semua..!” teriak pak kambing
“kini, saya berikan kesempatan bagi mereka yang pernah menjadi korban dari kesemena-mena an raja?” tanya pak kambing kepada warga.
“Silahkan, tuan bebek memberikan kesaksiannya..”, kata sang pak kambing Sumatra.
Selelah tuan bebek, orang utan pun menyambung dengan kesaksiannya..
Begitu pula seluruh hewan-hewan pun bergantian memberikan kesaksian tentang kelakuan sang raja hutan. Namun, bagi beberapa hewan, anggapan seperti itu tidaklah menunjukan sikap sang raja hutan. Mereka lebih membela, dan seakan-akan tidak percaya.
Setelah kejadian tersebut, pak kambing pun memberikan pendapatnnya.
“bagaimana jika kita mengadakan pemilihan pemimpin yang baruu??..”, tanya pak kambing.
Semua bersorak
“Setujuuuu…!!!”
Mereka pun berinisiatif untuk mencalonkan pak kambing hutan tersebut untuk dijadikan calon melawan sang raja hutan. Tetapi, mereka yang masih pro dengan sang raja hutan, mereka tetap memilih untuk memenangkan sang raja hutan sekarang ini.
Berita ini pun sampai di telingan sang raja hutan.
“apa..??”
“Si kambing tua itu mau merebut posisi ku saat ini?”
“ngak salah tuh kambing??”, respon si raja hutan.
Hari berganti hari, si raja hutan tersebut pun menghargai  warga untuk mengadakan pemilihan.
Kedua kubu pun saling sibuk berkampanye. Poster dan foto si raja hutan pun bertebaran di mana mana. Baliho dan famlet pun sudah disebar ke segala penjuru hutan. Berbeda dengan kubu pak kambing. Mereka lebih sibuk datang ke rumah-rumah mencaritau keluh kesah warga. Perang visi misi pun terus berkumandang setiap hari di hutan tersebut.
Dari kubu sang raja hutan pun merasa tersaingi. Karena sang raja hutan merasa ia lah yang berkuasa, jadi ia tidak terlalu kuatir akan perlawanan dari kubu pak kambing.
Masa-masa kampanye telah usai, seluruh hewan pun telah berkumpul di pos keamanan. Ketika ingin melakukan pemilihan, ada sekelompok kucing-kucing muda yang sedang berbincang-bincang. Mereka rupannya bingung untuk memilih yang mana.
“eh cinggg.. tau nga sih kalo kita kan harus milih sang raja hutan..” kucing pertama berkata.
“salah cong.. pak kambing aja.. dia lebih pengertian sama hewan-hewan disini” kucing kedua berkata.
Mendengar percakapan teman temannya, kucing ketiga berkata
“ahh.. daripada bingung, terserah kalian aja deh, aku nga ikut milih”
“ paling, nanti yang terpilih lupa sama janji kampanye mereka”
“ mungkin juga mereka lupa sama kita yang telah memilih mereka”
Mendengar perkataan temannya tersebut, kucing pertama pun mendekati kawannya tersebut.
“ahh, kamu ga asik.. masa hari gini golput..”
“kalo kamu milih, kamu bisa tentuin siapa yang mampu mengatur kesejahteraan kita”
“hewan yang terpililah yang nanti akan memimpin”
“kalo pak kambing menang, kita bisa terbebas dari raja singa yang menyebalkan tersebut.., karena suara kita sangatlah berharga”
Itulah penjelasan kucing pertama yang sedang meyakinkan kucing ketiga untuk tetap memilih pak kambing.
Pemungutan suara pun dilakukan dengan tetap berlandaskan sikap langsung, umum, bebas, jujur, adil, dan  rahasia. Seluruh hewan di hutan tersebut mengikutinya dengan baik.






Komentar

Postingan Populer