Terang yang Fungsional


Lukas 8:16-18


 Saudara yang terkasih.. berbicara mengenai terang, seringkali kita menidentikkannya dengan lampu. Sebagaian besar aktiviktas kita lakukan, kita memerlukan lampu. Apabila di dalam ruangan, kita lebih lagi membutuhkan lampu sebagai sumber cayaha. Lampu berguna untuk menerangi daerah sekitarnya yang gelap. Banyak fungsi yang dapat kita peroleh dari lampu. Ketika kita berkendara di malam hari, lampu juga berguna untuk menuntun jalan kita agar dapat melihat ketiha malam. Bagi saudara sekalian, yang memiliki hape dengan lampu LED kecil di atasnya, terkadang meskipun kecil begitu itu juga sangat berguna, untuk memberikan sebuah informasi kepada kita, baik itu pesan singkat, ataupun sebagai indikator batrai. Masih banyak lagi fungsi lampu dalam kehidupan kita.

Sebagai orang anak-anak Allah, kita pun kadang diibaratkan juga seperti sebuah lampu. Kita diminta untuk dapat menjalankan fungsi kita. Kita harus  menerangi sekeliling kita. Kita harus dapat memancarkan terang Kristus kepada sekeliling kita, kepada mereka yang sedih, kepada mereka yang tidak berdaya, mereka yang terbelenggu oleh dosa-dosa.  Tetapi, sudahkah kita melakukannya?? Di jaman sekarang ini, justru banyak anak-anak Tuhan yang tidak memancarkan terang mereka. Mereka malah terjebak dalam belenggu keberdosaan mereka. Terang tersebut sudah terkalahkan dengan kegelapan. Mereka yang ngakunya percaya kepada Kristus malah terseret dalam kegelapan, dalam narkoba, seks bebas, rokok, dsb. Kita melupakan fungsi kita sebagai anak-anak terang.

Lalu, bagaimana seharusnya kita yang ada di sini untuk menanggapinya? Apakah kita malah terseret mereka juga?? Melalui Lukas 8:16-18 yang telah kita baca tadi,  kita akan melihat , 2 cara bagaimana kita sebagai anak-anak terang dalam Kristus menjalankan fungsi kita yang sebenarnya.

1.       Sebagai Saksi ( ayat 16-17 )

 

Bila kita perhatikan dengan seksama,Lukas 8:16-18 ini berada dalam satu perikop yang cukup besar. Bila kita tarik dari bagian yang sebelumnya mengenai perumpamaan penabur, dan kita gabungkan dengan perumpamaan tentang pelita ini, ada satu tema besar yang sebenarnya ingin diangkat, yaitu bagaimana kita mendengarkan Sabda Allah[1]. Kondisi tersebut terlihat jelas sejak awal pasal 8 ini. Disana tertulis bahwa Yesus dalam kondisi sedang mengajar ketika menyampaikan tentang perumpamaan ini.

Ketika kita membaca bagian ini, mungkin sebagaian besar anda tidak menyangka bahwa perumpamaan ini berasal dari 3 bagian perkataan Yesus yang berbeda-beda. Disini penulis kitab ini ( Lukas ) mencatat dengan baik perkataan Yesus ini.  Dalam injil Matius dan Markus menuliskan bagian bagian ini dalam kondisi yang lain. Tetapi disini, Yesus mengatakannya sebagai suatu kesatuan dalam suatu perumpamaan. Ini membuktikan bahwa Firman Tuhan itu tidak akan berlalu begitu saja, haruslah kita ingat.Yesus pun telah melakukannya.

Sebagai anak-anak terang, kita harus menjadi saksi. Dalam perumpamaan sebelumnya, disana diceritakan tentang penabur. Anak-anak terang haruslah menanam firman Tuhan yang telah diterima mereka. Benih yang ada haruslah bertumbuh besar agar dapat menjadi dasar yang kuat ketika kita menjadi saksi Kristus. Lalu, di ayat 16 dikatakan :

16 "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya

 Sebuah lampu pasti diletakan di tempat yang tinggi agar dapat menerangi sekitarnya. Pada masa tersebut, lampu mereka adalah sebuah pelita. Kata pelita dalam kamus Alkitab[2], memiliki fungsi yang hampir sama dengan lampu pada masa sekarang ini. Matius 5:15 mendefinisikan pelita berguna untuk menerangi ruangan secara lebih terang[3]. Mungkin kalo dibilang, bentuknya mirip seperti dengan lilin yang memiliki sumbu. Benda tersebut biasanya ditaruh di atas, atau yang paling kita ketahui ditaruh di atas kaki dian.

Demikian yang digambarkan Yesus, kita sebagai anak anak terang seharusnya seperti sebuah pelita yang ditaruh diatas kaki dian. Bukan dibawah tempat tidur. Fungsi kita akan terlihat lebih jelas, ketika kita berada di bagian yang lebih luas. Kita bukan hanya berkutat dalam zona nyaman kita, tetapi mulailah untuk menjangkau orang-orang yang beda dari biasanya. Di dalam bahasa aslinya, kata meletakan menggunakan pola bentuk orang ke tiga tunggal. Ini ingin menunjukan, bahwa tugas kita untuk memancarkan terang bukan tugas sebuah gereja atau kelompok tertentu saja, tetapi tugas setiap kita pribadi lepas pribadi.

Lalu, apa yang kita pancarkan itu dapat memberikan pengaruh bagi sekitar kita ? orang Kristen memancarkan terang tersebut haruslah berisi tentang kebenaran Alkitab. Memancarkan terang dapat terlihat dari tingkah laku kehidupan kita sehari-hari. Bila kita tadi sudah dikatakan berada di atas kaki dian, lalu apa yang dilihat orang terhadap kita??  mereka melihat kehidupan tingkah laku kita sebagai orang Kristen. Ayat 17 membantu kita, bagaimana kita harus bertindak.

“Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.”

Menarik apabila kita melihat bagian demi bagian ayat ini. Bila kita perhatikan, ada sebuah penekanan khusus ketika kita membacannya. Kata tidak ada sesuatu yang tersembunyi tidak akan dinyatakan. Logikanya, berarti ketika ada sesuatu yang tersembunyi pasti akan dinyatakan. Kalimat kedua pun demikian. Tidak ada sesuatu yang rahasia dan tidak akan diumumkan. Berarti apabila ada sesuatu yang rahasia pasati akan diumumkan. Ini membuktikan bahwa segala sesuatu akan dituntut berdasarkan kebenarannya. Hidup kita pun pula kelak akan dituntut untuk menjadi saksi saksi kebenaran di tengah kehidupan yang gelap.

Beberapa waktu yang lalu, terdengar sebuah kabar pembunuhan seorang pendeta perempuan. Pendeta tersebut melayani di salah satu gereja, dan ia pun harus menjadi korban pembunuhan. Usut punya usut, ternyata si pelaku merupakan salah seorang jemaat yang ada disana. Polisi pun melakukan olah TKP dan mengintrogasi si pelaku. Saat ditanya oleh pihak kepolisian, si pelaku ternyata memiliki rasa marah tersendiri dengan si korban. Ia merasa tersinggung dengan perkataan korban. Tetapi tak lama setelah mengatakan hal tersebut, pelaku pun menambahkan bahwa ada motif lain juga.  Ia mengatakan bahwa pelaku terpesona dengan kecantikan sang pendeta tersebut, dan telah melakukan pemerkosaan terhadap korban.

Pada saat kejadian, ternyata si korban bersama salah seorang anak kecil. Anak kecil tersebut bisa lolos dari kejaran si pelaku, tetapi korban tidak dapat. Saat ditanya oleh polisi, anak tersebut pun membeberkan kisah yang dialaminya. Anak tersebut mengungkapkan sebenar-benarnya seperti yang dia alami dan ia lihat.

Bagaimana dengan setiap kita yang ada di sini sekarang. Apakah kita berani menjadi seorang anak yang dapat menjadi saksi-saksi kebenaran ? apakah kita mudah terpengaruh, dan malah tidak menjadi terang bagi lingkungan sekitar? Mulailah dari diri anda sendiri, apakah anda sudah menjadi pelaku-pelaku firman yang memancarkan terang bagi lingkungan sekitar anda. Pimpinlah hidup anda, agar menjadi kesaksian yang hidup bagi orang yang melihat anda.

2.       Menjadi teladan ( ayat 18 )

Ketika membaca ayat 18 ini, mungkin kita akan bertanya tanya.. mengapa bisa ada kata mendengar ada disitu. Di awal berbicara mengenai pelita.. ketika melihat sebuah pelita atau cahaya pasti yang berhubungan dengan pancaindra kita adalah mata. Mata berguna untuk melihat cahaya tersebut. Namun disini, malah menggunakan kata mendengar. Ketika kita melihat lagi ke bagian sebelumnya, Yesus berada dalam kondisi sedang mengajar pada waktu itu. Kata mendengar disini, ditujukan kepada mereka yang saat itu sedang mendengarkan pengajaran Yesus.

 

Predikat kata “cara” menunjukan suatu tindakan. Dalam konteks ini, kita dapat melihat cara untuk mendengar. Berarti sebuah tindakan yang dilakukan untuk mendengar. Kata mendengar dalam bahasa aslinya memiliki makna orang kedua jamak. Ini berarti bukan hanya satu orang saja, tetapi semua orang. Semua orang yang telah mendengar akan pemberitaan Firman Tuhan pada saat itu. Pada saat ini, kata ini tertuju kepada kita yang telah mendengar dan mengakui akan Firman Tuhan.

 

Perkataan Yesus ini pun ternyata pernah digunakan pada konteks yang berbeda. Matius 25:29 menuliskan perkataan yang sama ini, namun dalam konteks tenang talenta. Lukas 19 : 26 pun menuliskan perkataan yang serupa, namun dalam konteks perumpamaan tentang uang mina. Ini cukup menarik, karena di bagian kita hari ini, perkataan tersebut dituliskan dalam perumpamaan tentang pelita.

 

Dalam perumpamaan tentang talenta, perkataan itu merupakan inti dari cerita tersebut. Barang siapa yang diberi talenta harus dikembangkan. Perumpamaan tersebut ditujukan agar kita dapat mengembangkan apa yang kita miliki untuk kemuliaan nama Tuhan. Hamba yang malas akan dicampakan kedalam kedalam kegelapan, disana akan terdapat ratapan dan kertak gigi.

 

Dalam kitab Lukas 19:26 disana yang menceritakan tentang Uang Mina, disana dikisahkan tentang beberapa orang yang mendapat kepercayaan untuk mengembangkan uang mina. Mereka yang berhasil mengembangkannya menjadi sepuluh akan mendapatkan upah, begitu seterusnya. Disini memiliki kesamaan, bahwa kita harus mengembangkan apa yang  telah diberikan.

 

Konteks dalam Lukas 8, Yesus memberikan mereka pengajaran yang dijelaskan pada ayat yang pertama. Disana Yesus mengajarkan kepada mereka, dan salah satu bentuk pengajarannya adalah perumpamaan tersebut. Jadi, apa yang harus mereka teladani?? Mereka harus meneladani cara Yesus dalam kehidupan sehari-harinya. Bagaimana cara kita mendengar pengajaran yang diberikan Yesus kepada kita. Bentuk pengajaran Yesus dapat kita lihat dalam Alkitab yang setiap hari kita baca dan renungkan. Dan apabila kita meneladani Yesus dan mengembangkannya seperti perumpamaan talenta ataupun uang mina, pasti kita akan mendapatkan sebuah imbalan yang setimpal, yaitu orang-orang percaya yang menjadi yakin kepada Yesus lewat teladan kehidupan kita.

 

Dalam sebuah kelas sekolah minggu, biasanya ada bagian dimana kita harus memimpin sebuah lagu. Disana kita, sebagai mahasiswa atau laushe yang mengajar harus memperagakan gerakan selaras dengan lagu yang dinyanyikan. Anak-anak pun harus mengikutinya. Pelayanan ini pun mengingatkan kita, bagaimana kehidupan kita merupakan contoh teladan bagi orang lain. Anak-anak melihat kita sebagai laushe yang mengajarkan gerakan. Orang-orang di luar sana melihat kita sebagai anak-anak terang yang mengajarkan nilai-nilai kekristenan. Mengajarkan nilai keKristenan bukan berarti kita menjadi seperti seorang laushe atau guru yang mengajarkan gerakan di depan, tetapi tingkah laku kehidupan sehari-hari kita yang dilihat oleh orang-orang sekitar kita. apakah kita sudah memberikan teladan yang baik, yang sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus seperti dalam perumpamaan tersebut. Bagaimana cara kita mendengar, dan bagaimana tindakan kita apakah sesuai dengan apa yang dikatakan di dalam Alkitab. Sudahkah kita menjadi teladan ??

 

Pada hari ini, kita telah belajar bagaimana kita menjadi anak-anak terang yang harus menjalankan fungsi kita.  Terang yang Fungsional.. ada dua cara bagaimana kita menjadi terang yang fungsional, pertama menjadi saksi bagi lingkungan sekitar yang menyatakan kebenaran Alkitab, kedua menjadi teladan bagi mereka yag belum percaya. Kiranya Firman Tuhan dapat kita lakukan dalam kehidupan kita setiap hari. Mari kita berdoa..



[1] Tafsiran kitab Lukas

[2] Kamus Alkitab

[3] Kamus Alkitab


Komentar

Postingan Populer