Ibadah Yang Sejati

 Yeremia 7 : 1-15

Saudara-saudara yang terkasih, pernahkah kita menyadari akan pentingnya sebuah ibadah? Sering kita mengganggap ibadah hanyalah sebagai sebuah kebiasaan saja tiap minggu. Atau, beberapa dari kita pergi beribadah hanyalah untuk bertemu dengan rekan bisnis kita. Ketika Firman Tuhan pun, beberapa dari kita kadang malah asyik dengan handphone kita. Itulah realitas yang sering sekali kita temui dalam beribadah. Ibadah yang kital lakukan telah kehilangan fungsi dan maknanya,  tergantikan dengan yang lain.

Bacaan kita pada pagi hari ini, berisi tentang bagaimana nabi Yeremia mendapat perintah dari  Tuhan untuk memperingatkan bangsa Yehuda. Bangsa Yehuda yang telah menyimpang jauh dari Tuhan, mereka beribadah tetapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka menjadikan ibadah sebagai alasan agar dosa-dosa mereka diapuni. Ibadah yang sejati tidaklah seperti apa yang dilakukan oleh Israel, tetapi sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan oleh nabi Yeremia. Apa yang diperintahkan Tuhan, sehingga Ibadah yang kita lakukan bisa berjalan sesuai dengan fungsinya? Dari bacaan ini, kita akan belajar 2 fungsi ketika kita menjalankan ibadah yang sejati.

1.       Memperbaiki Tingkah Laku Manusia ( v3, 5, 6-7)

Waktu itu Firman Tuhan datang melalui perantaraan nabi Yeremia. Tuhan mengingatkan kepada Yeremia agar semua orang Yehuda yang masuk melalui pintu gerbang tersebut untuk sujud dan menyembah kepada Tuhan. Kata sujud dan menyembah merujuk pada suatu kegiatan yang sekarang ini kita sebut dengan ibadah. Peristiwa tersebut sama dengan kita hari ini, dimana kata-kata Tuhan tersebut merujuk kepada setiap kita yang masuk ke dalam rumah Tuhan untuk beribadah. Mereka yang disebutkan disini tidak pandang buluh, mereka semua yang ada baik itu jemaat atau petugas pelayan gereja. Disini Firman Tuhan bersifat universal tidak melihat jabatan yang ada di dalam gereja.

Ketika semua sudah masuk ke dalam ibadah, Yeremia menyampaikan pesan yang diberikan oleh Tuhan, “Perbaikilah tingkah lakumu dan perbuatanmu, maka aku akan diam bersama-sama kamu di tempat ini”. Kata kata ini merupakan suatu peringatan bagi bangsa Yehuda agar mereka melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Bila kita melihat pasal yang sebelumnya, diperlihatkan bagaimana bangsa tersebut telah rusak tingkah lakunya. Untuk itulah Yeremia ditugaskan untuk memperingatkan bangsa tersebut. Pasal 6: 28 sangat membantu kita melihat bagaimana kondisi bangsa Yehuda, mereka yang pendurhaka belaka, mereka yang berjalan kian kemari sebagai pemfitnah, dan tingkah laku mereka yang busuk menggambarkan bagaimana parahnya tingkah laku mereka. Dengan kondisi yang seperti itu, mereka masih dapat datang untuk beribadah.

Dari bagian yang pertama ini, kita dapat melihat, melalui firman yang disampaikan oleh Yeremia, ibadah yang dilakukan dengan sejati berguna untuk memperbaiki tingkah laku manusia. Melalui Firman yang disampaikan oleh hambaNya, membantu kita untuk terus mengingat akan bagaimana kita dapat hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Meskipun dengan latar belakang yang sangat buruk sekalipun, ketika kita dapat mendengar Firman Tuhan, itu menjadi suatu peringatan bagi kita dalam bertindak.

Firman yang datang melalui nabi Yeremia menjelaskan secara rinci bagaimana bangsa tersebut memperbaiki tingkah laku mereka. Dalam ayat yang ke 6 mengatakan dengan cara tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang mejadi kemalangan mu sendiri. Ayat ini juga mengingatkan kita hari ini. Tingkah laku kita apakah sudah menjadi dampak bagi sesama kita, apakah kita sudah saling membantu sesama. Kata menindas orang asing, memberi petunjuk kita agar kita memperlakukan semua orang dengan baik. Kata orang asing memberikan pengertian agar kita tidak membeda-bedakan orang. Terhadap satu dengan yang lain haruslah sama. Tidak ada istilah karena dia baik dengan kita, maka kita baik terhadap dia juga. Begitu juga sebaliknya. Apakah dia pernah membantu kita, sehingga kita berbuat baik kepada dia.

Kata selanjutnya yang menunjukan agar kita memperbaiki tingkah laku kita yaitu dengan cara tidak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah di tempat ini. bagian yang kedua ini memanglah cukup ekstreem apabila kita artikan secara literal. Menumpahkan darah pada jaman tersebut memang suatu tindakan yang cukup sering dilakukan.[1] Tetapi yang menjadi perhatian disini adalah kata orang yang tidak bersalah. Menumpahkan darah pada masa kini tidak akan terjadi, tetapi seringkali kita pada masa sekarang lebih mengarah kepada orang yang tidak bersalah untuk terlibat dalam tindakan kita yang salah. Tindakan yang salah memang seringkali terlihat baik untuk dilakukan. Bangsa Yehuda dalam Yeremia 7 ini juga terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran salah yang seringkali mereka benarkan. Mereka menganggap bahwa dengan berada di bait Allah, mereka terlindungi dari dosa-dosa mereka, sehingga mereka terus melakukan dosa setiap harinya namun bertobat pada saat ibadah dan melakukan dosa lagi, dan bertobat lagi begitu seterusnya. Pemahaman yang semacam inilah yang membuat merak yang tidak bersalah menjadi terpengaruh terhadap paham-paham seperti ini.

Bagian penting selanjutnya yang harus menjadi bagian dalam memperbaiki tingkah laku manusia adalah dengan tidak mengikuti allah lain. Sepanjang pergerakan bangsa tersebut, tidak jarang mereka terpengaruh oleh kebudayaan orang-orang di sekitar mereka yang menyembah kepada dewa-dewa atau allah lain. Itu tidak dapat terpungkiri,dan ketika mereka sering melihat lah tersebut, mereka tidak jarang untuk terpengaruh. Penyembahan kepada dewa-dewa membuat mereka jatuh dalam tingkah laku yang salah, mereka juga percaya kepada pemahaman-pemahaman mistis. Yang memperhatinkan lagi, pemahaman mistis tersebut juga dibawa oleh mereka hingga di dalam bait Allah. Dengan berada di dalam bait Allah mereka menganggap kalau mereka disucikan lagi, sehingga tidak masalah untuk berbuat dosa lagi di kemudian hari, karena dengan ibadah mereka memperoleh penghapusan dosa. Asumsi ini adalah salah, dan tidak terpungkiri mungkin mereka terpengaruh oleh cara ibadah allah-allah lain yang  berjalan di sekitar mereka.

Dalam suatu institusi atau dalam suatu pemerintahan, ada yang dinamakan dengan peraturan. Peraturan dibuat untuk ditaati agar semua dapat berjalan dengan semestinya. Ketika saya pertama kali masuk dalam lingkup pendidikan di STT Aletheia, saya tidak mengetahui apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan. Saya pernah menggunakan celana pendek ketika berada di luar asrama. Saya juga pernah menggunakan sandal japit ketika berada di luar asrama juga. Dalam peraturan yang ada, ini merupakan suatu pelanggaran. Namun dengan membaca ulang buku pedoman mahasiswa yang diberikan, saya pun akirnya menyadaari kalau itu salah. Banyak teguran-teguran yang sudah diberikan kepada saya, ketika saya melakukan kesalahan tersebut, namun saya tidak mengindahkan teguran tersebut. Dengan peraturan yang diberikan membuat saya untuk dapat memperbaiki tingkah laku yang salah tersebut.

Peraturan yang dibuat oleh Allah sudah tertuliskan dengan lengkap dalam Alkitab. Firman Tuhan tersebut juga sering kita dengarkan, baik melalui pendeta atau orang yang menyampaikan firman Tuhan di mimbar, atau bahkan firman Tuhan datang melalui orang-orang disekitar kita. Apakah kita seringkali mengabaikan firman tersebut? Ataukah kita dapat melakukan dan menjadi suatu refleksi tersendiri bagi kita, untuk dapat memperbaiki tingkah laku kita yang salah tersebut?

2.       Menyatakan kebenaran ( v.8-15 )

Firman Tuhan yang datang melalui ibadah yang sejati berfungsi untuk menyatakan kebenaran. Bangsa Yehuda seperti yang sudah kita lihat dalam point sebelumnya, mereka seringkali terpengaruh oleh budaya di sekitar mereka. Kepercayaan-kepercayaan lain membuat mereka memperlakukan apa yang diyakini oleh kepercayaan tersebut sama dengan apa yang diajarkan oleh Allah mereka. Mereka menganggap dengan beribadah, mereka dapat disucikan dari dosa dan di kesempatan berikutnya mereka dapat berbuat dosa lagi, lalu disucikan lagi, dan seterusnya. Ini merupakan suatu anggapa yang salah dan keliru.

Kisah tersebut dapat kita lihat dalam ayatnya yang ke 10-11. Mereka yang telah melakukan perbuatan-perbuatan yang keji tersebut datang dengan rasa tidak bersalah kehadapan Tuhan dan mengatakan “Kita Selamat, supaya dapat melakukan perbuatan keji ini.” pernyataan tersebut menyedihkan hati Tuhan, sehingga muncullah respon yang dituliskan dalam ayat ke 11. Bait Allah sudah menjadi seperti sarang penyamun.

Tuhan pun mengingatkan mereka mengenai apa yang terjadi di Silo. Mereka harus belajar agar tidak mengalami hal yang sama seperti apa yang dilakukan Allah di Silo. Disini kebenaran Allah pun dinyatakan. Dengan meningat apa yang terjadi di Silo, mereka harusnya melihat suatu kebenaran dari Allah. Allah yang mereka sembah adalah Allah yang benar dan tidak ingin di duakan.

Selain mereka menganggap tidak apa-apa untuk berbuat dosa lagi, Yehuda beranggapan bahwa bait Allah tidak bakal runtuh. Allah tetap tinggal di dalam nya meskipun dengan kondisi keberdosaan seperti itu. Peristiwa ini sama dengan apa yang terjadi di Silo.[2] Ketika Israel berhadapan dengan orang Filistin, Israel beranggapan bahwa Bait Allah mereka tidak akan rubuh meskipun tabut perjanjian dipindahkan dari situ. Namun anggapan itu keliru, bait Allah pun akirnya runtuh.

Melalui kisah di Silo Allah ingin menyatakan kebenaran kepada bangsa Yehuda juga. Kebenaran yang ingin disampaikan, agar mereka tetap berjalan sesuai dengan apa yang difirmankan Allah kepada mereka. Firman Tuhan yang datang dalam ibadah, membantu kita untuk menemukan fungsi yang kedua dari ibadah yang sejati. Dengan ibadah yang sejati, kita dapat melihat kebenaran Allah. Kebenaran tersebut disampaikan melalui Firmannya.

Ayah saya ketika masih berusia belasan seperti saya, ia pernah mengunjungi suatu kota. Pada jaman tersebut tidak lah seperti sekarang yang dimanjakan dengan aplikasi-aplikasi canggih yang mampu menuntun kita berpergian. Pada waktu itu, peta menjadi salah satu andalan ketika berpergian jauh. Untuk mencapai tempat yang kita tuju, kita harus mengetahui arah mata angin, atau tempat-tempat terkenal agar kita mampu membaca peta tersebut. Degan membaca peta, kita dapat dituntun kita untuk lewat jalan yang benar.

Sama seperti peta yang menuntun untuk mencapai tujuan yang kita tuju, begitulah dengan Alkitab. Dengan membaca dan merenungkan Firman Tuhan baik melalui Alkitab ataupun lewat kotbah-kotbah yang kita dengarkan, dapat menuntun kita untuk berjalan sesuai dengan kebenaran. Dengan ibadah yang sejati, kebenaran tersebut dapat kita pahami dengan sempurna. Fokus pada tujuan kita beribadah, merupakan salah satu kunci agar kita dapat melihat kebenaran yang disampaikan Allah kepada kita.

Apakah kita sudah melakukannya dalam kehidupan kita? berkata-kata benar, melakukan hal yang benar, dan terlebih beribadah dengan benar untuk dapat melihat Allah menyatakan kebenaran di dalam kehidupan kita.

 

Pada pagi hari ini, kita sudah belajar  2 fungsi ketika kita beribadah dengan sejati di hadapan Allah. Allah telah mengingatkan bangsa Yehuda melalui firmannya, begitu juga Allah telah memperingatkan kita pada hari ini. 2 fungsi tersebut adalah untuk memperbaiki tingkah laku kita sebagai orang yang penuh dosa di hadapan Allah. Fungsi yang kedua adalah menyatakan kebenaran sesuai apa yang telah Allah Firmankan di dalam Alkitab. Sudahkah kita melakukan kedua fungsi tersebut ketika kita beribadah?

Mari bersama kita berdoa…



[1] sabda

[2] sabda


Komentar

Postingan Populer