Baby in the me
Kelahiran Baru
Waktu masih duduk di bangku SMA, kehidupan kerohanian saya bisa dibilang seperti orang lain pada umumnya. Bagun pagi, berdoa, langsung pergi persiapan untuk berangkat ke sekolah, begitu seterusnya. Dikarenakan jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh, ada kalanya saya pulang terlambat, karena ada ekstrakulikuler ataupun pekerjaan kelompok. Setiap hari terus berlalu begitu saja. Pelayanan di gereja itu pun, hanya sebatas hari minggu saya. Membaca Alkitab pun adalah salah satu hal yang bisa dibilang jarang untuk dilakulan.
Setiap tahun nya, gereja mengadakan kelas katekisasi. Kelas ini terbuka bagi mereka yang telah berumur 17 tahun. Pada saat itu, saya duduk di bangku kelas 3 SMA, dan telah berumur 17 tahun. Saya pun mengikuti kelas tersebut yang diadakan tiap Minggu setelah ibadah umum selesai. Dalam kelas tersebut, saya mulai belajar tentang bagaimana menjadi seorang Kristen yang sejati. Dan saya pun menyadari, bahwa selama ini saya memang belum menjadi orang Kristen yang seturut dengan firman Tuhan.
Minggu demi minggu pun dilalui, dan banyak pembelajaran yang saya ikuti. Dengan ditemani oleh 2 orang yang waktu itu bersama sama dengan saya mengikuti kelas katekisasi, kami pun akirnya mengikuti ujian untuk bisa di Sidi di tahun 2014. Pada saat itu kami di hadapan jemaat Tuhan berjanji dan dianggapi oleh jemaat dengan tepuk tangan. Namun setelah SIDI itu selesai, kehidupan rohani saya pun masih setengah setengah. Masih jarang membaca Alkitab, berdoa jika dibutuhkan saja, dll.
Hingga akirnya di tahun 2015, dalam suatu acara di Semarang, saya diingatkan kembali akan kehidupan orang Kristen, apalagi yang sudah di baptis atau di SIDI. Dalam hati saya merasa berdosa karena tidak menerapkan apa yang saya pelajari dalam kelas katekisasi tersebut. Dan mulai tahun tersebut saya berkomitmen untuk memulai kehidupan rohani yang baru, dengan langka awal komitmen untuk membaca alkitab secara keseluruhan.
Waktu masih duduk di bangku SMA, kehidupan kerohanian saya bisa dibilang seperti orang lain pada umumnya. Bagun pagi, berdoa, langsung pergi persiapan untuk berangkat ke sekolah, begitu seterusnya. Dikarenakan jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh, ada kalanya saya pulang terlambat, karena ada ekstrakulikuler ataupun pekerjaan kelompok. Setiap hari terus berlalu begitu saja. Pelayanan di gereja itu pun, hanya sebatas hari minggu saya. Membaca Alkitab pun adalah salah satu hal yang bisa dibilang jarang untuk dilakulan.
Setiap tahun nya, gereja mengadakan kelas katekisasi. Kelas ini terbuka bagi mereka yang telah berumur 17 tahun. Pada saat itu, saya duduk di bangku kelas 3 SMA, dan telah berumur 17 tahun. Saya pun mengikuti kelas tersebut yang diadakan tiap Minggu setelah ibadah umum selesai. Dalam kelas tersebut, saya mulai belajar tentang bagaimana menjadi seorang Kristen yang sejati. Dan saya pun menyadari, bahwa selama ini saya memang belum menjadi orang Kristen yang seturut dengan firman Tuhan.
Minggu demi minggu pun dilalui, dan banyak pembelajaran yang saya ikuti. Dengan ditemani oleh 2 orang yang waktu itu bersama sama dengan saya mengikuti kelas katekisasi, kami pun akirnya mengikuti ujian untuk bisa di Sidi di tahun 2014. Pada saat itu kami di hadapan jemaat Tuhan berjanji dan dianggapi oleh jemaat dengan tepuk tangan. Namun setelah SIDI itu selesai, kehidupan rohani saya pun masih setengah setengah. Masih jarang membaca Alkitab, berdoa jika dibutuhkan saja, dll.
Hingga akirnya di tahun 2015, dalam suatu acara di Semarang, saya diingatkan kembali akan kehidupan orang Kristen, apalagi yang sudah di baptis atau di SIDI. Dalam hati saya merasa berdosa karena tidak menerapkan apa yang saya pelajari dalam kelas katekisasi tersebut. Dan mulai tahun tersebut saya berkomitmen untuk memulai kehidupan rohani yang baru, dengan langka awal komitmen untuk membaca alkitab secara keseluruhan.
Komentar
Posting Komentar